Perubahan gaya hidup masyarakat dewasa ini yang mengakibatkan berkurangnya aktivitas fisik mulai dari anak-anak hingga orang dewasa secara tidak langsung telah memicu peningkatan angka penderita OSTEOPOROSIS atau pengeroposan tulang. Padahal, kondisi tersebut sebenarnya bisa dicegah dengan olahraga atau latihan fisik. Faktanya, olahraga yang tepat ternyata mampu mencegah maupun mengobati osteoporosis jika dilakukan sesuai aturan yang benar dan kontinyu serta mengurangi risiko jatuh.
Tulang adalah jaringan yang hidup dan akan bereaksi terhadap beban mekanik yang diterima akibat latihan fisik yang akan meningkatkan densitas atau kepadatan tulang. Hal tersebut terbukti pada atlet yang memiliki kepadatan tulang lebih tinggi akibat pembebanan mekanik yang diterima oleh tulang selama olahraga. Misalnya pada atlet tenis lapangan, dimana tangan kanannya yang selalu digunakan untuk mengayunkan raket memiliki kepadatan tulang lebih tinggi dibandingkan tangan kirinya .
Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit Orthopedi (RSO) Prof Dr Soeharso Surakarta, dr Retno Setianing SpKFR, saat ditemui Joglosemar, Jumat (18/3), olahraga jika dilakukan sesuai prinsip-prinsip tertentu dan dengan cara yang tepat, baik dari segi jenis, cara yang tepat dan frekuensi per minggu dapat meningkatkan kepadatan tulang mulai anak-anak hingga mencapai puncaknya saat dewasa muda pada pria maupun wanita.
Ditambahkan Retno, wanita setelah menopause memiliki risiko tinggi terserang osteoporosis. Namun dengan olahraga telah dibuktikan dapat meningkatkan kepadatan tulang serta mengurangi risiko jatuh karena kekuatan otot serta keseimbangan yang juga bertambah. “Tetapi olahraga untuk penderita osteoporosis sangat berbeda dengan yang belum terkena osteoporosis, dimana tidak boleh dilakukan latihan aerobik benturan keras ( high impact aerobic exercise) serta beberapa gerakan yang tidak boleh dilakukan,” ujar Retno.
Retno memaparkan, olahraga yang dianjurkan untuk pencegahan osteoporosis adalah olahraga dengan pembebanan (weight bearing exercise) yaitu semua aktivitas fisik yang dilakukan dalam posisi tegak, sehingga kerangka tubuh menunjang berat badan terhadap gaya gravitasi bumi. Contoh olahraganya yakni jalan kaki, joging, lari, senam aerobik, dan lainnya. Selain itu juga bisa ditambah dengan latihan beban yang dapat meningkatkan kekuatan otot. “Dosis olahraga juga harus tepat dan disesuaikan dengan kondisi tubuh karena jika terlalu ringan tidak memberikan manfaat maksimal. Sementara kalau terlalu berat justru dapat menimbulkan cedera sampai patah tulang, apabila telah mengalami osteoporosis,” ungkapnya.
Di sisi lain, pertambahan massa tulang terutama terjadi pada anak-anak sampai usia sekitar 30 tahun, dimana tulang punggung mencapai puncak massa tulangnya pada usia kira-kira 20 tahun, sedangkan tulang panjang misalnya pada tungkai lebih lambat. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa anak-anak yang lebih aktif bergerak memiliki kepadatan tulang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak aktif bergerak. Kondisi itu berhubungan juga dengan lamanya berolahraga. Apalagi jika olahraga disertai dengan pembebanan seperti basket atau tenis.
Meskipun begitu, dikatakan Retno, jika seseorang tidak aktif berolahraga pada masa anak-anaknya, tulang masih dapat bereaksi terhadap olahraga dengan meningkatkan atau mempertahankan kepadatannya bila mulai olahraga sewaktu dewasa sesuai dengan usia saat itu. Begitu juga pada wanita post menopause dimana sebelumnya tidak pernah berolahraga. Olahraga yang dimulai saat itu pun dinilai dapat meningkatkan densitas mineral tulang lebih tinggi daripada wanita post menopause tanpa olahraga. Akan tetapi, dosis olahraga harus tepat.
Maka dari itu, olahraga merupakan bagian yang penting pada pencegahan ataupun pengobatan osteoporosis. Program olahraga bagi penderita osteoporosis sangat berbeda dengan olahraga untuk pencegahan osteoporosis. Gerakan-gerakan tertentu pada olahraga pencegahan osteoporosis dapat meningkatkan risiko patah tulang jika dilakukan oleh penderita osteoporosis. Maka dari itu ada beberapa gerakan yang dihindarkan bagi penderita osteoporosis.
Retno menandaskan, latihan kekuatan otot lokal meskipun tidak banyak meningkatkan kekuatan tulang tetap diperlukan untuk menambah kemampuan seseorang bangun dari kursi atau menghindari jangan sampai jatuh, dapat tanpa atau dengan alat. Selain itu juga perlu untuk memperbaiki keseimbangan dan kelenturan pada orang tua yang sudah berkurang. “Untuk itu sebelum melakukan program olahraga sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang. Di RSO sendiri telah ada alat pemeriksaan densitas tulang atau BMD (Bone Mineral Density) yang sesuai dengan standar WHO,” tutur Retno. n Triawati Prihatsari Purwanto
Sumber:
www.harianjoglosemar.com/berita/osteoporosis-juga-perlu-olahraga-39100.html
0 komentar:
Posting Komentar